Selasa, 15 Januari 2013
metafisika menurut para ahli
Pengertian Metafisika - Sebagai sebuah
disiplin filsafat, metafisika telah
dimulai sejak zaman yunani kuno, mulai
dari filosof-filosof alam sampai
Aristoteles (284-322 SM). Aristoteles
sendiri tidak pernah memakai istilah
”metafisika” Aristoteles menyebut
disiplin yang mengkaji hal-hal yang
sifatnya di luar fisika sebagai filsafat
pertama (proto philosophia)untuk
membedakannya dengan filsafat kedua
yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal
yang bersifat fisika. Istilah metafisika
yang kita kenal sekarang, berasal dari
bahasa Yunani ta meta ta physika yang
artinya “yang datang setelah fisik”.
Istilah tersebut diberikan oleh
Andronikos dari Rhodos (70 SM)
terhadap karya-karya Aristoteles yang
disusun sesudah (meta) buku fisika.
(Loren Bagus, Matafisika, (Jakarta:
Gramedia, 1991), hlm 18) Pengertian
Metafisika Dalam Filsafat Menurut Para
Ahli
Aristoteles dalam bukunya yang berjudul
Metaphysica mengemukakan beberapa
gagasannya tentang metafisika antara
lain:
Metafisika sebagai
kebijaksanaan (sophia), ilmu
pengetahuan yang mencari
pronsip-prinsip fundamental
dan penyebab-penyebab
pertama.
Metafisika sebagai ilmu yang
bertugas mempelajari yang
ada sebagai yang ada (being
qua being) yaitu keseluruhan
kenyataan.
Metafisika sebagai ilmu
tertinggi yang mempunyai
obyek paling luhur dan
sempurna dan menjadi
landasan bagi seluruh adaan,
yang mana ilmu ini sering
disebut dengan theologia.
(Kees Bertens, Sejarah
Filsafat Yunani, (Yogyakarta:
Kanisius, 1988), hlm.154)
Dari ketiga keterangan Aristoteles
tentang metafisika tersebut,
sebenarnya terdapat dua obyek yang
menjadi metafisis Aristoteles yaitu, (a)
yang ada sebagai yang ada being qua
being dan (b) yang Ilahi. Namun
demikian Aristoteles sendiri tidak
menjadikan dua obyek kajian sebagai
obyek bagi dua disiplin ilmu yang
berbeda. Seorang filosof Jerman
bernama Christian Wolff cenderung
meyakini bahwa pembicaraan tentang
yang ada sebagai yang ada dan yang Ilahi
harus dipisahkan dan tidak dapat
dibicarakan bersama-sama. Oleh
karenanya, Wolff memilah filsafat
pertama Aristoteles menjadi
metaphysica generalis (metafisika
umum) atau juga sering disebut ontologi
dan methapysica specialis (metafisika
khusus).
Metafisika umum membahas mengenai
yang ada sebagai yang ada, artinya
prinsip-prinsip umum yang menata
realitas, sedang metafisika khusus
membahas penerapan prinsip-prinsip
umum ke dalam bidang-bidang khusus:
teologi, kosmologi dan psikologi.
Pemilahan Wollf tersebut didasarkan pada dapat tidaknya dicerap melalui perangkat
inderawi suatu obyek filsafat pertama. Metafisika umum (untuk seterusnya digunakan
istilah ontologi) mengkaji realitas sejauh dapat diserap melalui indera sedang
metafisika khusus (metafisika) mengkaji realitas yang tidak dapat diserap indera,
apakah itu realitas ketuhanan (teologi), semesta sebagai keseluruhan (kosmologi)
maupun kejiwaan (psikologi). Kedua disiplin filsafat pada dasarnya tidak sepenuhnya
terpisah satu sama lain karena menurut Wollf sendiri pembahasan metafisika tentang
realitas supra inderawi, terkait dengan pembahasan ontologi tentang prinsip-prinsip
umum yang menata realitas inderawi. (Donny Gahral Adian, Matinya Metafisika Barat,
(Jakarta: Komunitas Bambu, 2001), hlm. 6)
Terlepas dari perbedaan mengenai istilah metafisika dan keengganan orang akan
metafisika, kedudukan metafisika dalam dunia filsafat sangat kuat. Pertama, metafisika
sudah merupakan sebuah cabang ilmu tersendiri dalam pergulatan filosofis. Kedua,
seperti yang dikatakan Heideggaer, setiap telaah filosofis terdapat unsur metafisik.
(Anton Bakker, Ontologi Metafisika Umum: filsafat Pengada dan Dasar-Dasar Kenyataan
( Yogyakarta: kanisius, 1992), hlm.15)
Metafisika, berbeda dengan kajian-kajian tentang wujud partikular yang ada pada alam
semesta. biologi mempelajari wujud dari organisme bernyawa, geologi mempelajari
wujud bumi, astronomi mempelajari wujud bintang-bintang, fisika mempelajari wujud
perubahan pergerakan dan perkembangan alam. Tetapi metafisika mempelajari sifat-
sifat yang dimiliki bersama oleh semua wujud ini. (Rhomo Philipus Tule (ed.), kamus
filsafat (Bandung: Rosda, 1995 ), hlm.202-203)
Kajian tentang metafisika dapat dikatakan sebagai suatu usaha sistematis, refleksi
dalam mencari hal yang berada di belakang fisik dan partikular. Itu berarti usaha
mencari prinsip dasar yang mencakup semua hal dan bersifat universal, seperti istilahnya
C.E.M joad, dalam bukunya A Critique of logical positivism, yang dikutip oleh Harold
Titus dkk. Sebagai “penyelidikan tentang Tuhan”,(Harold Titus (dkk.), Persoalan-
persoalan Filsafat, terj. Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 362) bisa juga
dikatakan sebagai “penyelidikan tentang dunia ilahi yang transenden”. (C.A. Van
Peursen, Strategi Kebudayaan, terj. Dick Hartoko (Yogyakarta: kanisius, 1988) , hlm.
64)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar